PRODUKSI NASI GORENG PADA PEDAGANG NASI GORENG
Abstract:
Dapat dikatakan bahwa menjadi pedagang kaki lima adalah merupakan rintisan usaha dari seorang wirausaha kecil atau yang baru ingin memulai usaha dengan modal yang kecil. Menjadi pedagang kaki lima menggunakan keahlian yang dimiliki untuk membuat makanan yang dijual dipinggir jalan, diatas terotoar, dan didepan toko. Berdagang kaki lima khususnya makanan dapat dilakukan ditempat yang kecil dan sempit yang menggunakan meja makan dan kursi seadannya yang hanya dapat menampung sedikit pembeli atau konsumen makanan yang dijual disana.
Produksi nasi goreng untuk disajikan dalam memenuhi kebutuhan konsumen di sore hingga malam hari merupakan prospect yang cukup bagus untuk kedepannya. Produksi nasi goreng tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mahal untuk dibangun usaha. Konsumen yang enggan atau malas memasak dapat mengkonsumsi nasi goreng pada pedagang kaki lima disekitarnya. Tergantung wilayah yang menentukan mahal atau murahnya harga seporsi nasi goreng. Wilayah yang strategis biasanya mematok harga lebih mahal diatas wilayah yang terpencil, sepi, atau tidak terlalu strategis mematok harga sedikit lebih murah dibawahnya.
Saya merasa produksi nasi goreng menarik untuk dibahas pada makalah pengantar ekonomi mikro untuk memenuhi tugas dari dosen.
A.LATAR BELAKANG
Produksi nasi goreng untuk disajikan dalam memenuhi kebutuhan makan konsumen di sore hingga malam hari merupakan prospect yang cukup bagus untuk kedepannya. Produksi nasi goreng tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mahal untuk dibuat usaha. Konsumen yang enggan atau malas memasak dapat mengkonsumsi nasi goreng pada pedagang kaki lima disekitarnya. Tergantung wilayah yang menentukan mahal atau murahnya harga seporsi nasi goreng. Wilayah yang strategis biasanya mematok harga lebih mahal diatas wilayah yang terpencil, sepi, atau tidak terlalu strategis mematok harga sedikit lebih murah dibawahnya.
Produksi nasi goreng pada pedagang kaki lima biasanya meningkat kenerja produksinya pada saat jam 7 hingga jam 9 malam dikarenakan pada saat jam ini adalah waktu yang paling ideal konsumen untuk makan malam, terlebih konsumen yang baru pulang dari bekerja diindustri atau pabrik yang merasa enggan memasak akan memilih membeli makan nasi goreng pada pedagang nasi goreng disekitarnya. Pada saat jam makan malam tiba, pedagang nasi goreng akan mendapat konsumen yang banyak begitu pula omsetnya bertambah banyak. 1 pedagang nasi goreng dalam memproduksi dengan memasak 1 kali dapat memasak 4 porsi dalam sekali masak atau bahkan dapat lebih dari itu apabila juru masak nasi goreng telah ahli dibidangnya. Pedagang nasi goreng dapat menambah juru masak untuk dapat memenuhi produksi nasi goreng dari konsumen yang berlimpah. 1 kali proses memasak membutuhkan lebih kurang 8 menit yang bergantung pada pesanan konsumen yang membelinya.
Fukuyama (1995) yang memandang trust sebagai lem social; yaitu kepercayaan yang mengikat lingkungan social ke produk kita. De Wever dkk (2005) memandang trust sebagai kemauan untuk bergantung pada tindakan orang lain berdasarkan pada harapan bahwa orang lain akan bertindak untuk kepentingannya, tanpa harus dimonitor ataupun diawasi. Dengan demikian dapat dikatakan trust menurut De Wever dkk, merupakan kemauan untuk bergantung pada pedagang nasi goreng berdasarkan pada harapan bahwa pedagang nasi goreng akan bertindak untuk memuaskannya, tanpa harus diawasi.
Kepercayaan konsumen harus dibangun untuk memajukan pedagang nasi goreng. Kepercayaan konsumen terhadap produk nasi goreng akan membuat pedagang nasi goreng memperoleh banyak konsumen yang membeli hasil produknya. Jika kepercayaan konsumen telah terbentuk kepada produk nasi goreng, maka pedagang tidak perlu khawatir jualannya tidak laku.
Pembangunan trust menurut Atkinson dan Butcher (2003) awalnya trust dibangun antar individu dalam perusahaan (usaha/bisnis), namun kemudian individu tersebut menanamkan kepercayaan pribadi mereka melalui hubungan yang mereka bangun. Atkinson dan Butcher menambahkan bahwa competence trust merupakan trust yang berdasar pada aturan, sistem, dan reputasi yang terdapat pada orang yang akan dipercaya atau trust yang berdasar pada kompetensi. Benevolence trust di sisi lain, merupakan trust yang berdasar pada interaksi yang terjadi pada hubungan khusus, atau trust yang cenderung berdasar pada motif pribadi.
B.FENOMENA PERSAINGAN PEDAGANG NASI GORENG
Fenomena persaingan para pedagang nasi goreng ini ada karena produk nasi goreng banyak digemari oleh konsumen dari berbagai kalangan. Segmentasi pasar produk nasi goreng ini dapat masuk dikalangan menegah kebawah dan bahkan kalangan menengah keatas. Namun untuk kalangan menengah kebawah produk nasi goreng ini masih identik dijual oleh pedagang kaki lima. Sedangkan untuk kalangan menengah keatas produk nasi goreng ini dijual oleh restoran dan kafe mahal yang bertempat di dalam Mall atau gedung bertingkat.
Nasi goreng yang diproduksi oleh pedagang kaki lima dan dijual dengan harga yang bersaing dari pedagang lain. Biasannya harga yang menentukan ramai tidaknya konsumen yang membeli nasi goreng, tetapi yang tidak kalah penting juga rasa dari nasi goreng, kenyamanan tempat, dan banyaknya porsi yang ditawarkan oleh pedagang juga menjadi penentu omset penjualan produk nasi goreng.
Di wilayah keramaian yang terdapat lebih dari 1 pedagang nasi goreng, fenomena persaingan terasa. Pedagang satu menawarkan harga murah akan membuat pedagang yang lain juga menurunkan harganya. Pedagang satu menawarkan cita rasa yang enak akan membuat pedagang yang lain meningkatkan cita rasa yang lebih enak. Pedagang satu menawarkan porsi yang banyak akan membuat pedagang yang lain menawarkan porsi yang lebih banyak lagi.
Persaingan menimbulkan upaya-upaya dari pedagang nasi goreng. Upaya dengan cara positif dari pedagang tidak berdampak buruk akan tetapi apabila upayanya dengan cara yang negatif akan berdampak buruk bagi pedagang yang bersaing dan bagi konsumen itu sendiri. Allah SWT telah mengatur rezeki untuk hambanya yang berusaha keras dengan baik.
C.TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen yang mengambil tema dari salah satu materi yang telah diajarkan. Tujuannya adalah memenuhi ketentuan makalah yang telah diberikan yaitu memuat pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Tema yang saya pilih adalah teori produksi dan saya beri judul “Produksi nasi goreng pada pedagang nasi goreng”. Saya membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen Saifudin Zuhri, M.Si.
Makalah ini bertujuan menjelaskan teori produksi nasi goreng pada pedagang kaki lima kedalam bentuk karya tulis ilmiah yaitu dalam bentuk makalah. Saya bertujuan ingin menjelaskan bahan baku dalam memproduksi nasi goreng, input tetap, dan input variabel.
Tujuan lain saya adalah belajar membuat makalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat penyusunan makalah yang baik dan benar. Karena selama ini saya merasa belum dapat membuat makalah dengan baik, sejak di bangku SMK saya membuat makalah hanya setahu saya saja dan yang penting jadi, dan kebanyakan isi makalah saya waktu itu adalah menyalin-tempel saja. Guru tidak pernah membimbing saya dengan serius saat menugaskan saya membuat makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.BAHAN BAKU
Bahan baku adalah masukkan yang dibutuhkan untuk memproduksi nasi goreng. Bahan baku dapat berupa sembako, sayur, penyedap rasa, dan lain-lain.
1. Beras.
2. Telur.
3. Ayam.
4. Sayur kol.
5. Timun.
6. Daun bawang.
7. Minyak goreng.
8. Kecap.
9. wijen.
10. ikan.
11. Bawang merah.
2. Bawang putih.
3. Garam.
4. Kemiri.
5. Lada.
6. Cabai.
7. Sajiku bumbu nasi goreng.
8. Royco rasa ayam.
B.INPUT TETAP
Input tetap adalah masukkan yang bersifat tetap, dapat diartikan masukkan yang tidak akan habis karena digunakan secara terus menerus. Input tetap hanya 1 kali beli dan akan bertahan hingga produksi berakhir.
1. Gerobak
2. Alat masak
3. Alat makan
4. Meja makan
5. Kursi
6. Lampu
7. Televisi
8. Tenda
C.INPUT VARIABEL
Input variabel adalah masukkan yang bersifat menyesuaikan saat produksi berlangsung. Banyak atau sedikitnya masukkan tergantung pada pesanan nasi goreng dari konsumen dan akan menyesuaikan.
1. Bahan baku
2. Bumbu
3. Tagihan listrik
4. Tagihan air
5. Pajak
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Kesimpulan dari produksi nasi goreng pada pedagang nasi goreng ada banyak sekali. Pertama, adalah latar belakang pedagang berjualan nasi goreng adalah untuk kebutuhan ekonomi keluarganya. Kedua, apabila ada persaingan harus bersaing secara sehat, dan percaya bahwa Allah SWT telah mengatur rezeki. Ketiga adalah bahan baku yang dipergunakan untuk produksi nasi goreng adalah bahan-bahan yang berharga murah dan mudah didapatkan. Keempat, input tetap pedagang nasi goreng adalah modal yang pertama kali dikeluarkan dan akan digunakan sampai usaha itu berakhir. Kelima, input varibel pedagang nasi goreng mengikuti pesanan konsumen yang membeli nasi goreng mereka.
Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dihati pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna dalam menambah bahan bacaan pembaca yang baik hatinya. Terima kasih.
Dapat dikatakan bahwa menjadi pedagang kaki lima adalah merupakan rintisan usaha dari seorang wirausaha kecil atau yang baru ingin memulai usaha dengan modal yang kecil. Menjadi pedagang kaki lima menggunakan keahlian yang dimiliki untuk membuat makanan yang dijual dipinggir jalan, diatas terotoar, dan didepan toko. Berdagang kaki lima khususnya makanan dapat dilakukan ditempat yang kecil dan sempit yang menggunakan meja makan dan kursi seadannya yang hanya dapat menampung sedikit pembeli atau konsumen makanan yang dijual disana.
Produksi nasi goreng untuk disajikan dalam memenuhi kebutuhan konsumen di sore hingga malam hari merupakan prospect yang cukup bagus untuk kedepannya. Produksi nasi goreng tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mahal untuk dibangun usaha. Konsumen yang enggan atau malas memasak dapat mengkonsumsi nasi goreng pada pedagang kaki lima disekitarnya. Tergantung wilayah yang menentukan mahal atau murahnya harga seporsi nasi goreng. Wilayah yang strategis biasanya mematok harga lebih mahal diatas wilayah yang terpencil, sepi, atau tidak terlalu strategis mematok harga sedikit lebih murah dibawahnya.
Saya merasa produksi nasi goreng menarik untuk dibahas pada makalah pengantar ekonomi mikro untuk memenuhi tugas dari dosen.
A.LATAR BELAKANG
Produksi nasi goreng untuk disajikan dalam memenuhi kebutuhan makan konsumen di sore hingga malam hari merupakan prospect yang cukup bagus untuk kedepannya. Produksi nasi goreng tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mahal untuk dibuat usaha. Konsumen yang enggan atau malas memasak dapat mengkonsumsi nasi goreng pada pedagang kaki lima disekitarnya. Tergantung wilayah yang menentukan mahal atau murahnya harga seporsi nasi goreng. Wilayah yang strategis biasanya mematok harga lebih mahal diatas wilayah yang terpencil, sepi, atau tidak terlalu strategis mematok harga sedikit lebih murah dibawahnya.
Produksi nasi goreng pada pedagang kaki lima biasanya meningkat kenerja produksinya pada saat jam 7 hingga jam 9 malam dikarenakan pada saat jam ini adalah waktu yang paling ideal konsumen untuk makan malam, terlebih konsumen yang baru pulang dari bekerja diindustri atau pabrik yang merasa enggan memasak akan memilih membeli makan nasi goreng pada pedagang nasi goreng disekitarnya. Pada saat jam makan malam tiba, pedagang nasi goreng akan mendapat konsumen yang banyak begitu pula omsetnya bertambah banyak. 1 pedagang nasi goreng dalam memproduksi dengan memasak 1 kali dapat memasak 4 porsi dalam sekali masak atau bahkan dapat lebih dari itu apabila juru masak nasi goreng telah ahli dibidangnya. Pedagang nasi goreng dapat menambah juru masak untuk dapat memenuhi produksi nasi goreng dari konsumen yang berlimpah. 1 kali proses memasak membutuhkan lebih kurang 8 menit yang bergantung pada pesanan konsumen yang membelinya.
Fukuyama (1995) yang memandang trust sebagai lem social; yaitu kepercayaan yang mengikat lingkungan social ke produk kita. De Wever dkk (2005) memandang trust sebagai kemauan untuk bergantung pada tindakan orang lain berdasarkan pada harapan bahwa orang lain akan bertindak untuk kepentingannya, tanpa harus dimonitor ataupun diawasi. Dengan demikian dapat dikatakan trust menurut De Wever dkk, merupakan kemauan untuk bergantung pada pedagang nasi goreng berdasarkan pada harapan bahwa pedagang nasi goreng akan bertindak untuk memuaskannya, tanpa harus diawasi.
Kepercayaan konsumen harus dibangun untuk memajukan pedagang nasi goreng. Kepercayaan konsumen terhadap produk nasi goreng akan membuat pedagang nasi goreng memperoleh banyak konsumen yang membeli hasil produknya. Jika kepercayaan konsumen telah terbentuk kepada produk nasi goreng, maka pedagang tidak perlu khawatir jualannya tidak laku.
Pembangunan trust menurut Atkinson dan Butcher (2003) awalnya trust dibangun antar individu dalam perusahaan (usaha/bisnis), namun kemudian individu tersebut menanamkan kepercayaan pribadi mereka melalui hubungan yang mereka bangun. Atkinson dan Butcher menambahkan bahwa competence trust merupakan trust yang berdasar pada aturan, sistem, dan reputasi yang terdapat pada orang yang akan dipercaya atau trust yang berdasar pada kompetensi. Benevolence trust di sisi lain, merupakan trust yang berdasar pada interaksi yang terjadi pada hubungan khusus, atau trust yang cenderung berdasar pada motif pribadi.
B.FENOMENA PERSAINGAN PEDAGANG NASI GORENG
Fenomena persaingan para pedagang nasi goreng ini ada karena produk nasi goreng banyak digemari oleh konsumen dari berbagai kalangan. Segmentasi pasar produk nasi goreng ini dapat masuk dikalangan menegah kebawah dan bahkan kalangan menengah keatas. Namun untuk kalangan menengah kebawah produk nasi goreng ini masih identik dijual oleh pedagang kaki lima. Sedangkan untuk kalangan menengah keatas produk nasi goreng ini dijual oleh restoran dan kafe mahal yang bertempat di dalam Mall atau gedung bertingkat.
Nasi goreng yang diproduksi oleh pedagang kaki lima dan dijual dengan harga yang bersaing dari pedagang lain. Biasannya harga yang menentukan ramai tidaknya konsumen yang membeli nasi goreng, tetapi yang tidak kalah penting juga rasa dari nasi goreng, kenyamanan tempat, dan banyaknya porsi yang ditawarkan oleh pedagang juga menjadi penentu omset penjualan produk nasi goreng.
Di wilayah keramaian yang terdapat lebih dari 1 pedagang nasi goreng, fenomena persaingan terasa. Pedagang satu menawarkan harga murah akan membuat pedagang yang lain juga menurunkan harganya. Pedagang satu menawarkan cita rasa yang enak akan membuat pedagang yang lain meningkatkan cita rasa yang lebih enak. Pedagang satu menawarkan porsi yang banyak akan membuat pedagang yang lain menawarkan porsi yang lebih banyak lagi.
Persaingan menimbulkan upaya-upaya dari pedagang nasi goreng. Upaya dengan cara positif dari pedagang tidak berdampak buruk akan tetapi apabila upayanya dengan cara yang negatif akan berdampak buruk bagi pedagang yang bersaing dan bagi konsumen itu sendiri. Allah SWT telah mengatur rezeki untuk hambanya yang berusaha keras dengan baik.
C.TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen yang mengambil tema dari salah satu materi yang telah diajarkan. Tujuannya adalah memenuhi ketentuan makalah yang telah diberikan yaitu memuat pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Tema yang saya pilih adalah teori produksi dan saya beri judul “Produksi nasi goreng pada pedagang nasi goreng”. Saya membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen Saifudin Zuhri, M.Si.
Makalah ini bertujuan menjelaskan teori produksi nasi goreng pada pedagang kaki lima kedalam bentuk karya tulis ilmiah yaitu dalam bentuk makalah. Saya bertujuan ingin menjelaskan bahan baku dalam memproduksi nasi goreng, input tetap, dan input variabel.
Tujuan lain saya adalah belajar membuat makalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat penyusunan makalah yang baik dan benar. Karena selama ini saya merasa belum dapat membuat makalah dengan baik, sejak di bangku SMK saya membuat makalah hanya setahu saya saja dan yang penting jadi, dan kebanyakan isi makalah saya waktu itu adalah menyalin-tempel saja. Guru tidak pernah membimbing saya dengan serius saat menugaskan saya membuat makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.BAHAN BAKU
Bahan baku adalah masukkan yang dibutuhkan untuk memproduksi nasi goreng. Bahan baku dapat berupa sembako, sayur, penyedap rasa, dan lain-lain.
1. Beras.
2. Telur.
3. Ayam.
4. Sayur kol.
5. Timun.
6. Daun bawang.
7. Minyak goreng.
8. Kecap.
9. wijen.
10. ikan.
11. Bawang merah.
2. Bawang putih.
3. Garam.
4. Kemiri.
5. Lada.
6. Cabai.
7. Sajiku bumbu nasi goreng.
8. Royco rasa ayam.
B.INPUT TETAP
Input tetap adalah masukkan yang bersifat tetap, dapat diartikan masukkan yang tidak akan habis karena digunakan secara terus menerus. Input tetap hanya 1 kali beli dan akan bertahan hingga produksi berakhir.
1. Gerobak
2. Alat masak
3. Alat makan
4. Meja makan
5. Kursi
6. Lampu
7. Televisi
8. Tenda
C.INPUT VARIABEL
Input variabel adalah masukkan yang bersifat menyesuaikan saat produksi berlangsung. Banyak atau sedikitnya masukkan tergantung pada pesanan nasi goreng dari konsumen dan akan menyesuaikan.
1. Bahan baku
2. Bumbu
3. Tagihan listrik
4. Tagihan air
5. Pajak
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Kesimpulan dari produksi nasi goreng pada pedagang nasi goreng ada banyak sekali. Pertama, adalah latar belakang pedagang berjualan nasi goreng adalah untuk kebutuhan ekonomi keluarganya. Kedua, apabila ada persaingan harus bersaing secara sehat, dan percaya bahwa Allah SWT telah mengatur rezeki. Ketiga adalah bahan baku yang dipergunakan untuk produksi nasi goreng adalah bahan-bahan yang berharga murah dan mudah didapatkan. Keempat, input tetap pedagang nasi goreng adalah modal yang pertama kali dikeluarkan dan akan digunakan sampai usaha itu berakhir. Kelima, input varibel pedagang nasi goreng mengikuti pesanan konsumen yang membeli nasi goreng mereka.
Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dihati pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna dalam menambah bahan bacaan pembaca yang baik hatinya. Terima kasih.
Komentar
Posting Komentar